Kancing Coplok Dalam
Bahasa Sunda
Kancing
coplok, sebuah kata plesetan dari istilah bahasa Sunda yang telah begitu
melekat dalam tradisi berbahasa orang Sunda yaitu “anjing goblog” yang kini telah menjadi bahasa kekerabatan
atau bahasa sehari-hari yang selalu dipakai oleh hampir seluruh tingkatan umur.
Mulai dari anak Sekolah Dasar, remaja, hingga dewasa pun sekarang ikut melestarikan budaya bahasa
itu. Apakah hal ini akan terus menjadi budaya? apakah anda akan senang
mendenggar kata-kata yang kasar atau tidak sopan itu? tentu saja jawabanya
tidak. Kita tahu sendiri, orang Sunda terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya.
Apakah dengan istilah kancing coplok itu bisa melunturkan ciri khas orang Sunda
yang terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya? tentu hal ini bisa
melunturkan ciri khas orang Sunda. Kita tahu sendiri bahasa Sunda kaya akan
pembendaharaan kata, tetapi mengapa sekarang banyak remaja yang asli orang Sunda tidak tahu cara membedakan bagaimana berbicara kepada
orang yang lebih tua dengan teman sebaya. Kebanyakan anak remaja sekarang
menyamakan cara berbicara kepada orang yang lebih tua dengan berbicara kepada
teman sebaya dengan bahasa yang kasar. Lebih
menyedihkan lagi, sudah sangat sedikit remaja yang enggan berbicara bahasa
Sunda. Mungkin mereka malu berbicara bahasa Sunda karena bila menggunakan
bahasa Sunda tidak lagi dianggap anak gaul. Dan mungkin hal ini disebabkan cara
pemakaian bahasa Sunda yang telah bercampur dengan bahasa indonesia atau dengan
bahasa-bahasa lain terutama oleh orang-orang Sunda yang menetap di kota-kota
besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, bahkan di Bandung sekali pun. Banyak
orang-orang Sunda yang tinggal dikota-kota besar telah meninggalkan bahasa Sunda
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar mereka. Mungkin hal ini lah yang membuat anak
remaja sekarang tidak bisa membedakan bagaimana berbicara dengan orang yang
lebih tua dengan teman sebaya dan menjadi malu berbahasa Sunda. Kalau
seandainya anak remaja tetap seperti ini mungkin argumen yang menyatakan bahasa
Sunda 5-10 tahun ke depan akan punah itu bisa saja benar-benar terjadi. Lantas
jika hal seperti itu benar-benar terjadi siapa yang harus disalahkan? apakah
pemerintah? sebenarnya orang Sunda sendirilah yang membuat bahasa Sunda itu
punah. Bukan maksud saya disini untuk menyalahkan para orang tua, tetapi
lihatlah para orang tua sekarang sudah mengganggap bahasa Sunda itu tidak
penting lagi. Mereka lebih suka mengajarkan anak-anak mereka bahasa-bahasa
asing seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan lain-lain. Karena mengganggap
bila anak yang pandai berbahasa asing jauh lebih membanggakan dibandingkan
dengan anak yang pandai berbahasa Sunda.
Sebenarnya
cara untuk mengatasi hal seperti ini dapat dimulai dari keluarga. Karena keluarga
adalah tembok terakhir yang menjaga kelestarian bahasa Sunda. Mengapa demikian?
karena jika orang tua sudah tidak mengajarkan bahasa Sunda kepada anak-anaknya,
maka argumen yang menyatakan 5-10 tahun kedepan bahasa Sunda akan punah, benar-benar
akan terjadi dan tinggal menunggu waktu saja. Karena sudah dipastikan bila
anak-anaknya tidak mengguasai bahasa ibu mereka atau bahasa Sunda, maka sudah
dapat dipastikan mereka tidak akan menggajarkanya lagi kepada keturunanya
kelak.
nama saya willy. menururt saya artikel yang dibuat oleh sodari widia sangat bagus dan membuat pemaca berfikir kritis contohnya seperti kata-kata ini " Mulai dari anak Sekolah Dasar, remaja, hingga dewasa pun sekarang ikut melestarikan budaya bahasa itu. Apakah hal ini akan terus menjadi budaya? apakah anda akan senang mendenggar kata-kata yang kasar atau tidak sopan itu? tentu saja jawabanya tidak. Kita tahu sendiri, orang Sunda terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya. Apakah dengan istilah kancing coplok itu bisa melunturkan ciri khas orang Sunda yang terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya? tentu hal ini bisa melunturkan ciri khas orang Sunda " dalam kata ini menurut saya sebagai pembaca tergugah karena saya sendiripun merasa seperti itu dan malu sendiri hhaha. namun dari isi artikel sodari widia ini kurang berkaitan dengan judul, karena judul Kancing Coplok Dalam Bahasa Sunda ini kurang berkenaan dengan musnahnya bahasa sunda , sehingga judul perlu lebih diperjelas, dan saranpun juga harus lebih dipertegas lagi.
BalasHapusmungkin itu saran untuk sodari widia tentang artikel ini..
terima kasih atas komentar yang anda berikan, mungkin ini kritik yang bermanfaat bagi saya untuk menulis artikel lebih baik untuk yang selanjutnya, karena ini publikasi artikel saya yang pertama kali, jadi bisa dimaklum hhe :)
Hapus