Sabtu, 12 Januari 2013



Kancing Coplok Dalam Bahasa Sunda

Kancing coplok, sebuah kata plesetan dari istilah bahasa Sunda yang telah begitu melekat dalam tradisi berbahasa orang Sunda yaitu  “anjing goblog”  yang kini telah menjadi bahasa kekerabatan atau bahasa sehari-hari yang selalu dipakai oleh hampir seluruh tingkatan umur. Mulai dari anak Sekolah Dasar, remaja, hingga dewasa  pun sekarang ikut melestarikan budaya bahasa itu. Apakah hal ini akan terus menjadi budaya? apakah anda akan senang mendenggar kata-kata yang kasar atau tidak sopan itu? tentu saja jawabanya tidak. Kita tahu sendiri, orang Sunda terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya. Apakah dengan istilah kancing coplok itu bisa melunturkan ciri khas orang Sunda yang terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya? tentu hal ini bisa melunturkan ciri khas orang Sunda. Kita tahu sendiri bahasa Sunda kaya akan pembendaharaan  kata,  tetapi mengapa sekarang banyak  remaja yang asli orang Sunda tidak tahu  cara membedakan bagaimana berbicara kepada orang yang lebih tua dengan teman sebaya. Kebanyakan anak remaja sekarang menyamakan cara berbicara kepada orang yang lebih tua dengan berbicara kepada teman sebaya dengan bahasa yang kasar.  Lebih menyedihkan lagi, sudah sangat sedikit remaja yang enggan berbicara bahasa Sunda. Mungkin mereka malu berbicara bahasa Sunda karena bila menggunakan bahasa Sunda tidak lagi dianggap anak gaul. Dan mungkin hal ini disebabkan cara pemakaian bahasa Sunda yang telah bercampur dengan bahasa indonesia atau dengan bahasa-bahasa lain terutama oleh orang-orang Sunda yang menetap di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, bahkan di Bandung sekali pun. Banyak orang-orang Sunda yang tinggal dikota-kota besar telah meninggalkan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar  mereka. Mungkin hal ini lah yang membuat anak remaja sekarang tidak bisa membedakan bagaimana berbicara dengan orang yang lebih tua dengan teman sebaya dan menjadi malu berbahasa Sunda. Kalau seandainya anak remaja tetap seperti ini mungkin argumen yang menyatakan bahasa Sunda 5-10 tahun ke depan akan punah itu bisa saja benar-benar terjadi. Lantas jika hal seperti itu benar-benar terjadi siapa yang harus disalahkan? apakah pemerintah? sebenarnya orang Sunda sendirilah yang membuat bahasa Sunda itu punah. Bukan maksud saya disini untuk menyalahkan para orang tua, tetapi lihatlah para orang tua sekarang sudah mengganggap bahasa Sunda itu tidak penting lagi. Mereka lebih suka mengajarkan anak-anak mereka bahasa-bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan lain-lain. Karena mengganggap bila anak yang pandai berbahasa asing jauh lebih membanggakan dibandingkan dengan anak yang pandai berbahasa Sunda.
Sebenarnya cara untuk mengatasi hal seperti ini dapat dimulai dari keluarga. Karena keluarga adalah tembok terakhir yang menjaga kelestarian bahasa Sunda. Mengapa demikian? karena jika orang tua sudah tidak mengajarkan bahasa Sunda kepada anak-anaknya, maka argumen yang menyatakan 5-10 tahun kedepan bahasa Sunda akan punah, benar-benar akan terjadi dan tinggal menunggu waktu saja. Karena sudah dipastikan bila anak-anaknya tidak mengguasai bahasa ibu mereka atau bahasa Sunda, maka sudah dapat dipastikan mereka tidak akan menggajarkanya lagi kepada keturunanya kelak.

2 komentar:

  1. nama saya willy. menururt saya artikel yang dibuat oleh sodari widia sangat bagus dan membuat pemaca berfikir kritis contohnya seperti kata-kata ini " Mulai dari anak Sekolah Dasar, remaja, hingga dewasa pun sekarang ikut melestarikan budaya bahasa itu. Apakah hal ini akan terus menjadi budaya? apakah anda akan senang mendenggar kata-kata yang kasar atau tidak sopan itu? tentu saja jawabanya tidak. Kita tahu sendiri, orang Sunda terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya. Apakah dengan istilah kancing coplok itu bisa melunturkan ciri khas orang Sunda yang terkenal dengan kesopanan dan tata kramanya? tentu hal ini bisa melunturkan ciri khas orang Sunda " dalam kata ini menurut saya sebagai pembaca tergugah karena saya sendiripun merasa seperti itu dan malu sendiri hhaha. namun dari isi artikel sodari widia ini kurang berkaitan dengan judul, karena judul Kancing Coplok Dalam Bahasa Sunda ini kurang berkenaan dengan musnahnya bahasa sunda , sehingga judul perlu lebih diperjelas, dan saranpun juga harus lebih dipertegas lagi.
    mungkin itu saran untuk sodari widia tentang artikel ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas komentar yang anda berikan, mungkin ini kritik yang bermanfaat bagi saya untuk menulis artikel lebih baik untuk yang selanjutnya, karena ini publikasi artikel saya yang pertama kali, jadi bisa dimaklum hhe :)

      Hapus